Sebagai nakhoda pada instansi yang dipimpinnya, dr. Faisal dikenal senantiasa memperlihatkan kedisiplinan yang tinggi dalam berbagai hal, tegas dalam bersikap dan bertindak, tetapi juga tetap memiliki kepedulian sosial tinggi terhadap siapa saja.
Perjalanan karir pria kelahiran Yogyakarta pada 14 November 1968 ini, memang selalu mengarah pada pembangunan kesehatan. Memulai karir di daerah terpencil sebagai dokter Puskesmas Mangkatip di Kabupaten Kapuas di tahun 1996, yang membuahkan Penghargaan Dokter Teladan Nasional pada tahun 1998 berkat inovasinya dalam mengembangkan program TV Komunitas dalam mendukung upaya promosi kesehatan. Pria berkacamata ini lalu pindah ke Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2000, tepatnya sebagai dokter puskesmas Ketapang II.
Â
Hari-hari pertamanya di Kota Sampit menyimpan kenangan tersendiri. Mulai dari naik becak ke kantor Dinas Kesehatan di jl. Sudirman Km. 6, yang pada masa itu masih berupa kawasan yang jauh, sepi dan jarang dilalui kendaraan bermotor. Rupanya tukang becak dan penumpangnya sama-sama belum mengetahui jauhnya lokasi kantor ini. Hingga kenangan saat konflik sosial di Sampit, dimana saat itu tenaga kesehatan jumlahnya sangat sedikit karena banyak yang menyelamatkan diri ke luar daerah. Akan tetapi dalam situasi genting dan rekan yang terbatas jumlahnya, dr. Faisal teguh bertahan di kota Sampit menolong para korban yang membutuhkan perawatan.
Penghargaan Konflik Sampit Tahun 2002 dari Departemen Kesehatan pun diterimanya, menyusul kemudian Penghargaan Rescue Gempa dan Tsunami NAD Tahun 2005 dari ORARI setelah dr. Faisal terjun ke Aceh sebagai relawan.
Dan apa yang dikerjakannya hari ini maupun sebelumnya sebagai pucuk pimpinan, tidak ia lakoni hanya sekedar konsep saja, tetapi merupakan bukti nyata yang mengarah pada perubahan dalam lingkungan yang dipimpinnya untuk menjadi lebih baik.
Matang dalam pengalaman pekerjaan dan berorganisasi ikut mendukung karirnya sebagai pemimpin yang peduli pada kepentingan masyarakat. Pelayanan kesehatan gratis menjadi program yang mendapat perhatian sangat besar dari beliau. Ini terbukti dengan diluncurkannya program Proteksi Kesehatan Kotim dan ambulans gratis 118 sejak awal tahun 2013 ini.
Suami dari dr. retno Budhi Purwaningrum ini selalu menekankan bahwasanya bekerja di sektor kesehatan merupakan pekerjaan yang mengemban misi kemanusiaan yang tinggi. Jika orang-orang di lembaga swadaya masyarakat saja ada yang peduli dengan kesehatan, apalagi dengan tenaga kesehatan yang memang bekerja untuk itu. Dan apabila dikaitkan dengan ibadah, maka para petugas kesehatan memiliki lahan yang sangat luas untuk menanam ibadah. Tak lupa ditambahkannya, bahwa yang disebut petugas kesehatan ini bukan hanya paramedis saja, tapi meliput semua pekerja di sektor kesehatan termasuk di dalamnya petugas promosi kesehatan, surveilans, kesehatan lingkungan dan lain-lain.
Di luar pekerjaannya sebagai kepala Dinas Kesehatan, mantan ketua Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) semasa kuliah ini dikenal aktif di organisasi ORARI sebagai Ketua DPP Sampit, dan juga senang menyalurkan hobinya dalam olahraga menembak di Perbakin. Selain itu hingga saat ini juga masih tercatat sebagai Wakil Ketua II di Korpri Kotawaringin Timur â–