BERBEKAL (PAHAM) KESEHATAN, KITA DAPAT BERBUAT

Oleh : Nugroho Kuncoro Yudho*)

Kesehatan merupakan anugerah Tuhan yang tak ternilai harganya. Tidak punya uang, orang masih bisa minta makan ke tetangga, keluarga atau kerabat, walaupun tak bisa membeli sesuati. Tanpa pendidikan orang mungkin masih bisa bertahan hidup dengan pekerjaan alakadarnya. Tanpa pekerjaan orang masih bisa berjalan ke sana ke mari, walaupun tak tentu arah dan tujuan. Tanpa hiburan, belum tentu orang tidak bisa senang dan bahagia. Namun tanpa kesehatan, orang tak akan mampu berbuat sesuatu, tidak akan bisa belajar dengan baik, ataupun bekerja dengan layak, dan tidak akan memdapatkan kesenangan dan kebahagiaan yang diharapkan. Contoh sederahana saja, ketika seseorang sakit gigi atau sakit kepala mendengar orang ribut atau tertawa, terkadang bukan terhibur tetapi menjadi emosi, bahkan tidak dapat bekerja atau belajar dengan baik.

Walaupun setiap orang mengakui bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting, namun tidak jarang orang berbuat atau berperilaku tidak sehat. Banyak perilaku tidak sehat yang masih dilakukan oleh banyak orang, antara lain minum minuman beralkohol, menyalahgunakan obat dan zat adiktif, begadang, merokok, membuang sampah di sembarang tempat, membiarkan lingkungan kotor, makan sembarangan, tidak sehat dan tidak bergizi atau istilah lainnya junk food, tidak berolah raga, tidak mengimunisasikan anak dan ibu hamil, tidak memberikan vitamin A pada anak balita dan masih banyak lagi perilaku tidak sehat lainnya. Satu hal yang sungguh ironis bila hal tersebut justru dilakukan oleh mereka yang mengklaim dirinya sebagai petugas kesehatan atau ditugaskan dalam lingkup institusi kesehatan.

Berperilaku tidak sehat bukan hanya merugikan diri sendiri, tapi juga sering berdampak tidak baik kepada orang lain dan lingkungan sekitarnya. Tidak jarang seseorang selesai merokok, kemudian membuang putung rokok di sembarang tempat, dan beberapa lama kemudian terjadilah kebakaran. Atau merokok di tempat-tempat umum, sehingga bukan hanya diri sendiri yang menghisap asap rokok, tetapi juga orang di sekitarnya. Ada juga yang membuang sampah sembarangan, kemudian sampah tersebut menjadi sarang vektor penular penyakit, seperti nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan lain-lain, yang pada akhirnya menyebarlah penyakit dari vektor yang bertempat tinggal di sampah tersebut.

Ada kata-kata bertuah yang saya dapatkan beberapa tahun lalu. Ada 2 (dua) jenis manusia dalam berperilaku, yaitu yang pertama karena tidak tahu dan yang kedua karena tidak mau tahu. Masih banyak orang yang belum menyadari pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat sebagai bagian dari partisipasi diri dalam pembangunan, terutam bidang kesehatan. Tetapi yang lebih susah adalah yang berperilaku tersebut dikarenakan tidak mau tahu. Masih banyak orang yang bangga bisa membuang sampah di sembarang tempat, merokok di sembarang tempat, tidak makan makanan yang bergizi walaupun mahal, tidak berolah raga, kurang istirahat, tidak mengimunisasikan anak dan ibu hamil, tidak memberikan vitamin A pada bayi/balita dan berperilaku tidak sehat lainnya.

Kita tidak pernah memperhitungkan, berapa biaya yang harus kita keluarkan jika kita terserang penyakit yang disebabkan oleh perilaku kita sendiri. Kita tidak pernah menjumlah waktu yang kita perlukan untuk berobat, untuk mengurus ijin tidak sekolah atau tidak bekerja, untuk pemulihan kesehatan. Kitapun tidak pernah memikirkan berapa kerugian orang lain untuk membantu kita selama proses pengobatan, baik dari segi materi (baca : biaya), tenaga, waktu dan pikiran. Dan sejumlah hal lain sebagai dampak dari perilaku kita yang tidak pernah kita hiraukan.

Berdasarkan fakta yang sering terjadi di lingkungan dan masyarakat sekitar kita, dari sekian banyak perilaku tidak sehat selalu berdampak pada penyebaran penyakit, sudah saatnya kita berupaya meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat demi diri kita sendiri dan keluarga kita. Berpikirlah bahwa mencegah itu lebih baik dan lebih murah daripada mengobati. Berpikir dan berbuatlah dengan perilaku hidup bersih dan sehat, agar kita akan terhindar dari penyakit yang membahayakan diri dan keluarga kita. Sudah waktunya kita berbuat, tidak perlu menunggu dan membuang-buang waktu. Sesal dahulu adalah pendapatan, sesal kemudian tiada berguna, begitulah kata pepatah.

*) Penulis adalah praktisi kesehatan dan pemerhati masalah sosial masyarakat, berdomisili di Sampit, Kalimantan Tengah.

Pos terkait