Antara Fogging & 3M Plus

 

Bacaan Lainnya

Penyemprotan atau fogging untuk memberantas nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD) sebenarnya merupakan langkah darurat karena ada efek negatif yang ditimbulkannya. Selain bisa menyebabkan orang yang menghirup gas semprotan keracunan, fogging juga berdampak buruk bagi keseimbangan ekosistem.

Wabah Demam Berdarah di Kabupaten Kotawaringin Timur telah memakan begitu banyak korban pada akhir tahun 2011 ini.

Untuk mengantisipasi semakin meluasnya penularan maka Dinas Kesehatan terpaksa harus melakukan fogging masal. Reaksi masyarakat pun beragam dalam menanggapi fogging ini. Ada yang minta supaya daerahnya difogging sesering mungkin supaya nyamuk pun tidak bisa hidup. Namun ada pula warga yang menolak untuk disemprot meskipun di daerahnya telah positif terjangkit Demam Berdarah.

 

Namun perlu untuk diketahui mengenai beberapa hal menarik tentang fogging ini, di antaranya adalah kerugiannya yakni:

Nyamuk yang mati hanya nyamuk dewasa, sedangkan jentik yang tidak mati siap untuk menetas dan menjadi nyamuk dewasa kembali

Fogging sangat mencemari lingkungan dengan pestisida akhirnya mencemari manusia,

Tindakan fogging harganya mahal dan hasilnya tidak sebegitu signifikan, karena setiap fogging hanya focus dengan radius 100 meter dan membutuhkan berliter pestisida dan solar

 

Dengan fogging masyarakat menjadi terlena, menganggap bahwa demam berdarah memang harus diatasi dengan fogging dan melupakan tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihan lingkungan.Nyamuknya menjadi resisten (kebal) sehingga ini mengharuskan komposisi campuran obat untuk fogging berikutnya semakin keras dan terus semakin keras, sehingga tidak hanya berdaya untuk membunuh nyamuk namun juga mampu untuk membunuh manusia. Selain itu, fogging biasanya dilakukan jika ada warga yang terkena DBD di suatu wilayah. Itu pun harus ada surat keterangan dari dokter rumah sakit atau puskesmas. Nantinya, petugas kesehatan akan turun ke alamat korban untuk melakukan observasi. Biasanya petugas akan mengecek apakah di lingkungan sekitar rumah penderita DBD ini ada warga lain yang mengalami demam tinggi atau tidak. Jika ada, dapat diindikasikan penularan DBD itu dimulai dari lingkungan tersebut. Terlebih jika ditemukan juga jentik-jentik nyamuk dalam jumlah banyak. Dalam kondisi demikian, petugas kesehatan akan melakukan penyemprotan.

 

Namun, jika hasil penyelidikan epidemiologi (PE) itu negatif, tidak boleh dilakukan fogging. Jika tetap dilakukan, justru akan merusak eksositem yang ada, seperti mematikan sejumlah serangga.Karena itu, diharapkan agar warga masyarakat memahami bahwa fogging bukanlah cara mencegah penyakit Demam Berdarah melainkan dilakukan hanya apabila di suatu wilayah ditemukan penderita positif DBD lalu dilakukanlah fogging supaya penularan tidak menyebar kemana-mana. Pencegahan dengan 3M merupakan langkah terbaik dalam mencegah penyakit Demam Berdarah.

 

Apa saja 3M Plus itu?

  1. Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum, dan lain-lain
  2. Menguras tempat-tempat penampungan air seperti: bak mandi/WC, tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali
  3. Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar / di luar rumah yang dapat menampung air hujan

 

 

Plus :

  • Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit dikuras dengan menaburkan bubuk abate 2-3 bulan sekali dengan takaran 1 gram abate untuk 10 liter air atau 2,5 gram altosid untuk 100 liter air. Abate dapat diperoleh di Puskesmas secara gratis (takaran 2 sendok makan untuk 1 drum air)
  • Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk (misalnya ikan cupang)
  • Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk bakar maupun oles dan gunakan kelambu
  • Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
  • Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar
  • Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar / rusak
  • Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon dan lain-lain

 

 

Pos terkait