Ambulans Desa Pertama di Kabupaten Kotawaringin Timur

Kepala Desa Tanjung Bantur dengan piagam penghargaan di depan ambulans desa
Kepala Desa Tanjung Bantur dengan piagam penghargaan di depan ambulans desa

Kepala Desa Tanjung Bantur dengan piagam penghargaan di depan ambulans desa

Di tengah upaya Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur yang gencar memotivasi masyarakat dalam hal kemandirian dan kepedulian dalam bidang kesehatan, apa yang dicapai oleh Desa Tanjung Bantur ini layak diacungi jempol. Secara mandiri desa tersebut kini telah mampu memiliki sebuah ambulans desa, sebuah sarana transportasi vital dalam penanganan kegawatdaruratan masalah kesehatan. Desa Tanjung Bantur ini pun kini mencatatkan prestasi sebagai desa pertama di Kabupaten Kotawaringin Timur yang mampu mewujudkan ambulans desa secara mandiri.

Bacaan Lainnya

Kepala Desa Tanjung Bantur M. Sapran Ali menjelaskan latar belakang mengapa desanya berkeinginan mewujudkan hal tersebut. Kondisi desa yang belum memiliki sarana dan tenaga kesehatan membuat setiap ada warga yang sakit harus menempuh jarak yang jauh menuju ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Walau secara administratif masuk di Kecamatan Mentaya Hulu, namun Puskesmas terdekat adalah Puskesmas Parenggean I yang harus ditempuh dalam waktu hampir 1 jam. “Kadang-kadang yang terjadi pasiennya itu butuh perawatan segera. Jadi agak sulitnya itu masyarakat. Yang kedua, biaya transportasi itu lebih besar dari biaya perawatan. Ke Kuayan bisa 600-an ribu, kalau ke Sampit bisa jutaan rupiah” tuturnya. Seorang warga menambahkan bahwa dulu pernah terjadi kasus seorang ibu yang meninggal dunia dalam perjalanan saat hendak melahirkan.

 

Mengenai sarana kesehatan di desanya, pria berperawakan kecil ini menyebut bahwa kini sudah dibangun sebuah Puskesmas Pembantu menggunakan dana PNPM Mandiri dan telah ditempatkan tenaga kesehatannya disitu.

Kepala Dinas Kesehatan, Dr. Yuendri Irawanto mengaku bangga dengan partisipasi masyarakat Desa Tanjung Bantur. “Harapan saya, ini bisa dicontoh oleh desa yang lain. Bentuk partisipasinya tidak harus berupa materi fisik seperti mobil ambulans itu, tapi bisa dengan hal-hal yang lain seperti menjaga kebersihan lingkungan, mempraktekkan cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan pakai sabun, atau bisa juga dengan memberikan insentif secara swadaya untuk petugas kesehatan di desa.” Ditambahkan, pembangunan kesehatan tidak bisa dilakukan sendiri melainkan memang harus ada partisipasi dari masyarakat dan sektor swasta atau lembaga non pemerintah lainnya.

Bagaimana desa terpencil ini mampu membeli ambulans yang tentu harganya tidak murah itu? Berawal pada tahun 2003 melalui kemitraan dengan perusahaan sawit PT. MAKIN, Desa Tanjung Bantur mengelola lahan seluas 35 Ha yang ditanami dengan sawit. Melalui kesepakatan warga, Sisa Hasil Usaha pengelolaan lahan itulah yang kemudian dibelikan sebuah mobil yang difungsikan sebagai ambulans. Kini, ambulans berwarna hijau bernomor DA 8347 BC itu telah siap menjadi sarana transportasi bagi warga Desa Tanjung Bantur yang membutuhkan pertolongan kesehatan segera.

Pos terkait