Â
Â
SAMPIT – Deteksi dini kasus penyakit yang ada di masyarakat selama ini berjalan kurang optimal. Laporan mengenai kasus penyakit seringkali terlambat sampai ke Dinas Kesehatan, yang akibatnya adalah terlambatnya pula penanganan kasus tersebut.
Ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan dr. Yuendri Irawanto dalam Sosialisasi Sistem Informasi dan Surveilans Malaria Berbasis Elektronik di Hotel Wella, hari Sabtu (22/9) lalu.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut Ketua Karang Taruna Kotim Abdul Hafidz. Karang Taruna akan menjadi salah satu pihak yang dirangkul Dinas Kesehatan untuk pemberdayaan masyarakat khususnya dalam hal pendekteksian penyakit secara lebih awal di desa dan kota.
Â
“Untuk bisa lebih cepat mendeteksi secara dini kasus penyakit yang muncul di masyarakat, tentunya kita perlu peran aktif pihak-pihak lain. Ini mengapa Karang Taruna Kabupaten kita undang di pertemuan ini. Saya berharap Karang Taruna bisa membantu kita dalam pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Saya akan menginstruksikan seluruh puskesmas supaya merangkul karang taruna yang ada di desa maupun kecamatan. Bahkan kalau perlu puskesmas bisa turut memfasilitasi pembentukan karang taruna di desa yang belum ada karang taruna,†terang Yuendri.
Â
Dinas Kesehatan selama ini terus berupaya memperbaiki sistem informasi yang dimiliki, yang terbaru adalah sistem informasi kesehatan secara online. Ini berarti meninggalkan sistem pelaporan konvensional yang masih menggunakan surat-surat tertulis yang tentunya makan banyak waktu. Masih dalam tahap pengembangan, saat ini baru puskesmas dalam kota yang bisa online langsung dengan Dinas Kesehatan, sedangkan puskesmas di kecamatan luar kota masih menggunakan email. Dengan laporan online, tentunya data pelaporan kasus penyakit bisa seketika disampaikan dan tindak lanjut penanganan bisa segera dilaksanakan.
Akan turun langsung ke Sudan
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, dr. Yuendri menyatakan apresiasinya dengan adanya laporan masyarakat ke anggota dewan perihal adanya 20 kasus filaria dan  1 kasus gizi buruk di desa Sudan (Radar Sampit edisi Sabtu 22/9). Kepala Dinas Kesehatan itu turun langsung memimpin tim ke desa Sudan menyelidiki laporan tersebut pada Senin (24/9).
“Saya sangat mengapresisasi informasi tersebut. Ada kemungkinan bahwa itu kasus Filaria baru, atau bisa juga itu penderita lama yang dulu-dulu juga. Kalau yang gizi buruk itu adalah anak yang pernah ditangani tahun 2008 dulu tapi sekarang terkena gizi buruk lagi,†jelasnya.
Lebih lanjut pria berkacamata itu berharap dewan tak hanya peka dengan permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat, namun juga permasalahan yang ada pada tenaga kesehatan yang bertugas di desa. Perlu diketahui saat ini masih ada 57 tenaga kesehatan yang belum memiiliki bangunan gedung sendiri dan mereka terpaksa pulang pergi dari tempat tinggal menuju wilayah tugas dengan transportasi seadanya. Sedangkan peralatan kesehatan yang dimiliki pun sudah cukup lama tidak diperbarui karena tidak tersedia anggaran.
Â
Â